1. Pengertian Grounded Theory
Grounded Theory adalah sebuah pendekatan yang
refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan data, pengembangan data,
pengembangan konsep teorities, dan ulasan literature berlangsung dalam proses
siklis- berkelanjutan (Daymon, Cristine et.al, 2008). Ungkapan grounded
theory merujuk pada teori yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan
data bila dilakukan dengan baik. Maka teori yang dihasilkan akan sangat sesuai
dengan kumpulan data tadi (Salim dan Agus, 2001). Pendekatan grounded
theory memungkinkah peneliti melakukan riset prosessual, yaitu riset yang
berfokus pada “ rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas individual maupun
kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks tertentu.
Pada umumnya, tujuan grounded theory adalah
membangun teori baru, walaupun sering juga digunakan untuk memperluas atau
memodifikasi teori yang ada. Sebagai contoh, peneliti bisa mengembangkan
grounded theory peneliti sendiri, atau grounded peneliti lain dengan meninjau
kembali data yang sama dengan pertanyaan dan interprestasi yang berbeda (Daymon, Cristine et.al, 2008)
Penelitian grounded
pada dasarnya sama dengan penelitian eksplanatif. Penelitian grounded dilakukan
dengan terjun ke lapangan untuk meneliti sekian banyak aspek ( variable )
penelitian untuk menemukan, dan memunculkan teori. Peneliti datang ke
lapangan “ tanpa berbekal “ teori ( hipotesis ). Hipotesis ( kalau ada ) akan ditemukan di lapangan lalu diuji. Penelitian
grounded mayoritas mempergunakan metode survey dan metode observasi karena
karakteristiknya sama dengan penelitian Eksploratif.
Survei
merupakan pendekatan kuantitatif , sedangkan titik berat grounded research
adalah pada pendekatan kualitatif. Data terutama dikumpulkan melalui wawancara
medalam seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan strauss ( 1967 ), grounded
research merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari “ stagnasi teori “ dalam ilmu-ilmu sosial,
dengan penitikberatan pada sosiologi. Kritik dilontarkan baik kepada pendekatan yang kuantitatif maupun
kualitatif yang selama ini dilakukan.
Pelaksanaan
penelitian Grounded bertolak belakang dengan penelitian pada umumnya
kalau penelitian secara umum diawali dengan desain tertentu, namun grounded theory
tidak demikian. Peneliti langsung kelapangan, semuanya dilaksanakan dilapangan.
Rumusan masalah ditemukan dilapangan, hipotesis senantiasa dirumuskan di lapangan Data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data, sehingga teori juga
lahir dan berkembang dilapangan.
Kredibelitas
peneliti grounded merupakan pertimbangan utama dalam penggunaan metodologi
ini, kalau kredibilitas peneliti rendah, mungkin akan merusak penelitian yang
membutuhkan “ keterbukaan “ pandangan, pemahaman serta intuisi responsive. Implementasi
metodologi ini memang amat sukar terutama kepada peneliti pemula, karenanya perlu
latihan-latihan tertentu dalam waktu yang lama (Bungin and Burhan, 2001)
2. Sejarah grounded
Theory
Penelitian Grounded
Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh dua ahli
sosiologi, Barney Glaser and Anselm Strauss, pada penelitian yang mereka
lakukan pada pasien-pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas
California, San francisco (Salim and Agus, 2001). Glaser dari Universitas Columbia yang
desertasi doktornya ( 1961 ) tentang karir professional para ilmuan. Gleser sangat
terpengaruh oleh pola kerja pikiran induktif ( baik kualitatif maupun
kuantitatif ) yang dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld ( 1901-1976 ) dan
koleganya. Setelah lulus program doktornya, Gleser
bergabung dengan university of California Medical Center di San Fransisco,
tempat ia kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss ( sosiolog ) yang
menyelesaikan program doktornya ( 1945 ) di University of Cicago.
Catatan-catatan
dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan menarik minat banyak
orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The
Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode Grounded
Theory secara terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai
peletetak konsep-konsep mendasar Grounded Theory.
3. Proses
Perkembangan Grounded theory
Perubahan yang
terjadi di kalangan peneliti social, menjadikan perubahan pada aspek
pemanfaatan metode grounded theory antara lain 1) Kombinasi
metode grounded theory dengan metode lain, akan menghasilkan ragam-ragam
model grounded theory dalam berbagai pokok masalah dan disiplin ilmu
pengetahuan; 2) Prosedur yang
digunakan dalam metode mungkin akan lebih dielaborasi, prosedur ini akan
disesuaikan dengan substansi kajian yang terus menerus akan dikembangkan; 3) berbagai teori
atau interpretasi akan terus dikembangkan oleh ilmuan yang berbeda dari
disiplin yang berbeda pula; 4) Aplikasi
computer akan lebih banyak digunakan, terutama untuk membuat matriks,
pembobotan masalah dan kategorisasi yang diperoleh dilapangan.
4. Ciri-Ciri atau
Karakteristik Metode Grounded Theory
Menurut
Creswell (2008: 440), enam karakteristik berikut merupakan elemen-elemen yang
terdapat dalam berbagai pendekatan Grounded Theory, termasuk desain
sistematik, 'emerging' dan 'kostruktivis'.
Pendekatan
Proses
Berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan yang
dilakukan pada partisipan, peneliti Grounded Theory dapat mengidentifikasi dan
mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar manusia, aspek-aspek yang
diisolasi ini disebut kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema
informasi dasar dalam rangka memahami suatu proses.
Guna menerapkan pendekatan Grounded Theory
dengan baik, Glaser dan Strauss ( 1967 ) menekankan bahwa peneliti harus
fleksibel. Mendekati studi dengan pikiran terbuka, dan tidak membuat asumsi
sebelum riset di mulai. Dengan memilih pendekatan Grounded Theory , peneliti
memilih untuk beroperasi sebagai penafsir data, bukan sekedar reporter (
pelapor ) atau orang yang menguraikan sebuah situasi. Dalam hal ini peneliti
harus terus menerus mencari hubungan antar konsep untuk menghasilkan pola dan
jaringan, yang peneliti gunakan untuk mengembangkan teori-teori atau gagasan teoritis (Daymon, Cristine et.al, 2008)
Sampling
Teoritis
Dalam Grounded
theory, digunakan “ sampling teorities”. Penarikan sampel jenis ini berpedoman
pada gagasan –gagasan yang signifikan bagi teori yang muncul.
Pada awal
riset, peneliti membuat keputusan penarikan sampel hanya untuk langkah awal
saja. Pilih latar atau fenomena yang
ingin diteliti, pilih sekelompok orang atau individu tertentu yang bisa
memberikan informasi mengenai topic yang diteliti. Begitu riset diawali,
peneliti mulai menganalisis data awal, konsep baru akan muncul, kemudian
peneliti bisa menerapkannya pada sampel yang berbeda situasi, latar atau individu. Penarikan
sampel teoritis dilanjutkan hingga mencapai titik jenuh, yaitu ketika tidak ada
lagi informasi baru ( dalam data ) yang relevan dengan riset ( Bungin dan Burhan, 2001)
Sebagaimana
lazimnya dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian
Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat
berbentuk transkrip wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen
publik, buku harian dan jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti (Salim dan Agus, 2001)
Proses
pengumpulan data itu dilaksaakan dengan mengunakan dua metode secara simultan,
yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Bentuk data yang
paling sering digunakan berbagai peneliti adalah hasil wawancara karena data
seperti ini lebih mampu mengungkapkan pengalaman responden dalam kata-kata
mereka sendiri.
Dalam Grounded
Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi,
melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang
dilakukan .Dengan kata lain, penyampelan teoritik merupakan pengambilan sampel
yang dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang
terbukti berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik pada teori yang sedang
disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan
kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian.
Berkenaan
dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah
yang dicari atau digali oleh peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena
itu melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah
sampai tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek
yang terakhir. Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian
Grounded Theory, seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat
direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan
di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang
disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan
tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga
jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang
sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data. Berikut ini adalah
penjelasan singkat tentang ketiga penyampelan tersebut: 1) Penyampelan
terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan
dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian
dianalisis dengan pengkodean terbuka; 2) Penyampelan
relasional dan variasional berfokus pada pengungkapan dan pembuktian
hubungan-hubungan antara kategori dengan kategori dan kategori dengan
sub-subkategorinya. Inti utama penyampelan di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau
dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan; 3) Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan
pengkodean terpilih. Oleh karena itu tujuan penyampelan pembeda adalah
menetapkan subyek yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk
membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.
Kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara bertahap dan dalam rentang
waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara
terus menerus.
Berdasarkan
paparan tentang prinsip penyampelan di atas, jelaslah bahwa pengambilan
kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada
generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini,
penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat
spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya
fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu,
(c) serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu.
Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian
ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam
penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.
3.
Analisis Data
dan Melakukan Koding
Analisis data
berlangsung selama riset berproses, mulai wawncara awal hingga berakhir pada
pengamatan. Analisis terdiri dari koding ( coding ) dan kategorisasi (
categorizing ). Koding dilakukan terlebih dahulu pada permulaan riset. Koding
memungkinkan peneliti mengubah data, dan menguraikannya untuk membangun
kategori seiring dengan munculnya kategori utama, maka teori akan berkembang.
Koding dalam grounded
theory adalah proses pengidentifikasian dan penamaan tema atau konsep dalam
tahapan analisis. Dalam hal ini, data dikodekan menjadi kategori.
Proses koding mencakup tiga langkah yaitu:
a) Open coding
atau koding terbuka peneliti membentuk kategori informasi tentang
peristiwa atau fenomena yang dipelajari.
b) Axial coding,
peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang
menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan
peristiwa tersebut.
c) Selective coding, peneliti ( pemilihan
kategori inti dan menghubungkannya dengan kategori lain)
Sepanjang
kajian berlangsung, masing-masing bagian data dibandingkan dengan bagian lain ketika
peneliti mencari persamaan, perbedaan, dan koneksi atau hubungan-hubungan. Hal
inilah yang disebut dengan perbandingan konstan. (Amirin dan Tatang, 1995)
4.
Kategori Inti
Dari seluruh
kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori sebagai
inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti
memilih satu kategori inti sebagai basis penulisan teori . Berikut ini adalah enam
kriteria untuk menentukan kategori inti (Strauss and Corbin, dalam Creswell,
2008: 444).
(a)
Kategori
tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama lainnya
dapat dihbungkan padanya.
(b)
Kategori tersebut sering muncul dalam data,
dengan pengertian bahwa dalam semua kasus terdapat indikator-indikator yang
merujuk pada kategori inti tersebut.
(c)
Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan
kategori-kategori bersifat logis, konsisten dan tidak dipaksakan.
(d)
Istilah
atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan kategori inti harus abstrak.
(e)
Seiring
dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek kedalaman dan
kemampuan menjelaskan.Meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu
menjelaskan seara akurat.
Penjelasan di
atas memperlihatkan bahwa memilih kategori inti terlalu awal adalah sangat
riskan. Akan tetapi, bila terlihat bahwa salah satu kategori mucul dengan
frekuensi tinggi dan terhubung dengan jelas pada kategori-kategori lain,
kategori itu dapat dipilih sebagai kategori inti.
5.
Perumusan
Teori
Agar kredibel, sebuah teori harus memiliki “ kekuatan
penjelasan ( explanatory power )”, dengan keterkaitan antarkategori, serta
kekhususan, kategori berhubungan satu sam lain dan berkaitan erat dengan data.
Dalam penelitian Grounded Theory, yang dimaksud dengan
teori adalah penjelasan atau pemahaman yang abstrak tentang suatu proses
mengenai sebuah topik substantif yang didasarkan pada data.
Ada dua jenis
teori yang dihasilkan dalam grounded research, yaitu teori substantive dan
teori formal.(Daymon, Cristine et.al, 2008)
a. Teori substantive muncul dari kajian terhadap kondidi
social yang nyata seperti menejemen hubungan konsumen, praktik professional,
hubungan gender, kepemimpinan, atau komunikasi internet. Karena teori ini
menyajikan hubungan yang mendekati realitas empirisnya, maka teori ini sangat
berguna bagi para peneliti diarena bisnis atau professional.
b. Teori formal dikembangkan dari teori substantive. Teori
ini dihasilakn dari berbagai situasi dan latar yang berbeda-beda, bersifat
konseptual dan memiliki generalitas yang tinggi.
Cara untuk
menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase yang
harus diikuti: (Daymon, Cristine et.al, 2008)
1). Desain
penelitian, 2) pengumpulan data, 3) penyusunan data, 4) analisis data dan 5)
pembanding dengan literature.
Dari lima fase
diatas, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi :
1.
Tinjauan ulang
literature teknisi
2.
Memilih kasus
Pada fase ini dilakukan aktifitas definisi research
question dan definisi dari konstruk apriori. Secara rasional diadakan upaya
memfokuskan masalah serta membatasi variasi yang tidak
relevan serta mempertajam validitas eksternal. Kasus yang dipilih untuk
contoh bersifat teoritis, bukan acak. Dimana hal ini dilakukan sebagai upaya
memfokuskan pada kasus yang bermanfaat secara teoritis.
3.
Membuat protocol
pengumpulan data yang akurat
Adapun aktifitas yang dilakukan adalah membuat basis
data kasus dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data, baik data
kualitatif maupun data kuantitatif. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk
meningkatkan realibilitas dan validitas konstruk, memperkuat keberalasan teori
dan validitas internal srta memperkuat berbagai sinergi bukti yang ditemukan. Untuk sumber dan jenis data yang diperlukan
a. Data Primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah
kata-kata, tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman
dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data.
Sedangkan untukpengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan,
bantuan foto atau bila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara tape recorder
dan observasi mendalam oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Berbagai sumber tertulis yang memungkinkan dapat
dimanfaatkan dalam penelitian ini akan digunakan semaksimal mungkin demi
mendorong keberhasilan penelitian ini. Diantaranya buku-buku literatur,
internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi
lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Pada fungsi yang optimal dapat
memberikan pemahaman teoritik dan metodologi yang melandasi dalam melakukan
penelitian yang benar. Selain itu, data statistik dapat digunakan untuk
memperkaya informasi baik yang berlaku umum maupun yang berlaku spesifik.
Dengan data statistik ini kita juga bisa membuat pemahaman atau
kecenderungan-kecenderunganyang nantinya bisa membandingkan dengan keadaan yang
berada pada kenyaataan (grass roots) pada saat penelitian.
4.
Masuk ke lapangan
Di lapangan akan dialami tumpang- tindih antara
pengumpulan data dan analisis data karena keduanya di laksanakan secara terus
menerus dan secara bersamaan. Di sini metode pengumpulan data menggunakan metode
yang fleksibel dan oportunistik. Semua ini dilaksanakan agar proses analisis
bisa cepat dan mempermudah penelitimemanfaatkan tema dan keistimewaan kasus
yang muncul. Data
diperoleh dari:
a. Observasi
Observasi dilakukan sebelum dan selama penelitian ini
diberlangsung yang meliputi gambaran umum, suasana kehidupan sosial,
kondisi fisik, kondisi ekonomi dan kondisi sosial yang terjadi.
b. Studi Dokumentasi
Informasi, data yang diperlukan dalam penelitian ini
juga kami peroleh dari studi dokumentasi. Sebelum penelitian lapangan, peneliti
telah melakukan telaah terhadap buku literatur, majalah, jurnal, hasil seminar,
artikel baik yang tersedia dalam media on-line (internet)
maupun yang ada dalam perpustakaan.
c. Wawancara Mendalam
Untuk wawancara mendalam di lakukan secara langsung
dengan informan secara terpisah di lingkungannya masing-masing. Wawancara akan
dilakukan dengan informan yang dianggap berkompeten dan mewakili.
5.
Penyusunan
data
Pada fase penyusunan data ini dilakukan penyusunan
event secara kronologis atau berurutan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memudahkan analisis data dan evaluasi proses.
6.
Menganalisis
data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata
secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan kepada orang lain. Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning)
(Muhadjir,2002 :142)
Dalam metode grounded theory terdapat
beberapa tahap dalam melaksanakan analisa data, yaitu:
(a). Tahap pengolahan awal, meliputi: Open
coding yaitu membuat konsep, kategori dan properti; Axial
coding yaitu mengembangkan hubungan antara kategori dan sub
kategori, Selective Coding yaitu mengintegrasikan kategori
untuk membangun kerangka kerja teoritis.
(b). Tahap Percontohan teoritis yaitu melakukan
replikasi teoritis, terus diulang lagi dari langkah kedua hingga teori
matang/jenuh. Pada
tahapdilakukan konfirmasi, perluasan dan pertajaman kerangka kerja teoritis.
(c). Tahap akhir dari analisis, disini diadakan pematangan teori lagi kalau
mungkin. Dimana menghentikan proses apabila peningkatan atau
pertambahan yang diperoleh tidak berarti.
7. Percontohan teoritis
8. Mencapai akhir penelitian
9. Pembandingan teori yang muncul dengan literature yang
telah ada.
Dalam fase ini diadakan
perbandingan teori yang muncul dari hasil penelitian dengan teori yang ada
dalam literatur. Di sini dilakukan kegiatan membandingkan dengan kerangka
kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini
dimaksudkan untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas
internal serta meningkatkan validitas eksternal
6. Penulisan Memo
Dalam
penelitian Grounded Theory, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat peneliti
untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori
yang dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat peneliti
bagi dirinya sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori,
kususnya tentang hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan.
Menulis memo
yang menjelaskan dan mengulas kode-kode
dan kategori-kategori analisis yang anda dapatkan dari proses analisis data,
juga sangat berguna. Memo sangat membantu peneliti untuk melacak pola-pola
dalam data dan mengidentifikasikan beragam tema yang muncul. (Salim dan Agus, 2001)
C.
Kelemahan dan
Kelebihan Grounded Theory
Berbagai
kegiatan penelitian telah dilakukan dengan pendekatan grounded theory di
berbagai disiplin ilmu telah dilakukan. Salah satunya adalah” Use of
computer based qualitative data Analysis ( QDA ) software in Grounded Research
Methodology”. ( Pandit,1996 ).
Dari penjelasan para peneliti yang terlibat, terkesan bahwa penggunaan metode
grounded theory terlalu memakan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan adanya
tuntutan metodologinya yang mengharuskan para peneliti untuk bersikap sangat
teliti, dan rajin. (Salim dan Agus, 2001)
Kualitas grounded
theory seperti pada penelitian lain, selain ditentukan validitas,
reliabilitas dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian
di mana teori dihasilkan serta beralasan empiris dari temuan atau teori yang
dihasilkan.
Proses grounded
theory selama ini dituduh kelewat kompleks dan membingungkan. Banyak orang
yang kesulitan mempraktikkannya, kecuali dalam kondisi yang longgar, tidak
kaku, tidak terlalu dispesifikasi “.
Ada tiga aspek yang membedakan Grounded
Theory dengan pendekatan penelitian yang lain adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengikuti prosedur analisis
sistematik dalam sebagian besar pendekatan. Grounded theory lebih
terstruktur dalam prosese pengumpulan data dan analisisnya, disbanding model
riset kualitatif lain. meski strateginya sama ( misalnya analisis tematik
terhadap transkip wawancara, observasi dan dokumen tertulis )
2. Peneliti
memasuki proses riset dengan membawa sedikit mungkin asumsi. Ini berarti
menjauhkan diri dari teori yang sudah ada.
3. Peneliti tidak
semata-mata bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan, tetapi juga
mengonseptualisasikan dan berupaya keras untuk menghasilkan dan mengembangkan
teori.
Hal yang
spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah
pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded T heory
sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life
history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal
yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu
mempertanyakan "Mengapa suatu kondisi terjadi?", "Apa
konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "Seperti
apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung?”
"Apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan
"Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu
berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang
M. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.1995.Jakarta: PT.Raja
Grafindo
Bungin,Burhan. Metodologi
Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan kualitatif.2001.Surabaya: Airlangga
University Press
Creswell, John
W. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qulitative Research.
2008.New Jersey: Prentice Hall.
Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai.
1989.Jakarta: LP3ES
Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana