WELCOME TO MY BLOG

pandang dunia dengan pola pikirmu yang seutuhnya...

Tuesday, April 21, 2009

HIDUP BUKAN MILIK KITA

Hidup adalah milik Sang pemberi hidup, dan kita tidak berkuasa atas hidup sekalipun kita yang menjalani hidup itu. Kita hidup untuk memuliakan Sang pemilik kehidupan walaupun sering hidup itu disalah artikan oleh orang yang menjalani hidup. Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir, mungkin hari ini, mungkin besok, mungkin minggu depan,mungkin tahun depan atau bahkan sesaat lagi. Yang bisa kita lakukan hanyalah berjaga-jaga dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya karena cepat atau lambat hidup pasti berakhir walaupun dengan cara dan waktu yang berbeda pada setiap orang.
Apapun yang kita lakukan untuk memperpanjang hidup tidak akan berhasil jika Sang pencipta telah menetapkan batas hidup kita.

Berakhirnya hidup seseorang menjadi moment yang sangat tidak bisa diterima oleh orang yang sangat mencintainya, karena dia akan kehilangan raga orang yang dicintainya untuk selamanya dalam hidupnya ”tetapi bukan berarti kita kehilangan seluruh kenangan tentang hidupnya” itulah yang aku pikirkan saat ini.

Empat bulan sudah tahun 2009 ini kujalani dan sudah dua kali aku kehilangan orang yang kusayangi. Pertama pada bulan Februari kemarin aku kehilangan teman satu kelasku waktu SMA kelas III. Kedua kemarin akhir tanggal 17 April aku kehilangan lagi, aku kehilangan Dosen yang sangat kusayangi yaitu Ibu Novita Sari. Keduanya meninggal karena penyakit yang sampai saat ini tidak bisa diobati yaitu KANKER walaupun jenisnya berbeda.

Untuk Ibu Novita selamat jalan ya Bu, ternyata semester lima lalu menjadi awal dan akhir pertemuan kita pada mata kuliah METOKEP. Walaupun dulu Ibu berkata sampai bertemu semester depan pada mata kuliah KMB dan kami sangat mengharapkannya ternyata hal itu tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi. Sekarang Ibu menjadi kenangan bagi kami dan seluruh civitas akademik PSIK USU karena Yang Maha Kuasa telah memanggil Ibu lebih dulu. Apa yang telah Ibu alami menjadi pelajaran bagi kami.

Tuesday, April 14, 2009

SEMINAR SEHARI KEPERAWATAN JIWA


“PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA BERBASIS KOMPETENSI”
(Nanda, 2007)

“Proses keperawatan kesehatan jiwa berbasis kompetensi” sesuai dengan NANDA 2007 itulah yang menjadi thema seminar sehari keperawatan jiwa yang diadakan pada hari Sabtu, 4 April 2009 di balai pertemuan Sari Mutiara Medan. Seminar ini diadakan oleh Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia wilayah Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang proses keperawatan jiwa di berbagai instansi dan unit pelayanan keperawatan jiwa baik yang di pendidikan maupun yang di lapangan sesuai dengan hasil KOMNAS V bulan Nopember lalu di Surabaya. Seminar ini diikuti kurang lebih 300 orang yang berasal dari berbagai instansi termasuk perawat yang bertugas di RSJ PEMPROVSU Medan.
Ada empat orang pembicara pada seminar sehari ini yaitu Bapak Parlindungan Purba, SH, MM selaku anggota DPD SUMUT yang membuka dan memberikan sambutan pada seminar ini; Ibu Jenny Marlindawani Purba, Skp,MNS yang membawakan topik tentang Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Berbasis Kompetensi (Nanda, 2007); Bapak Supriadi, Skp ketua IPKJI wilayah SUMUT juga sebagai staf perawat di RSJ PEMPROVSU Medan yang membacakan hasil KOMNAS V di Surabaya; dan Bapak Soep Nanda, Skp yang membawakan topik tentang Asuhan Keperawatan pada pasien defisit perawatan diri, pasien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, pasien dengan resiko bunuh diri, pasien dengan waham, dan pasien dengan harga diri rendah.


Semakin meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa baik yang ada di komunitas maupun yang dirujuk ke RSJ menuntut peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jiwa termasuk keperawatan. Untuk itu dilakukan berbagai revisi terhadap proses keperawatan jiwa demi tercapainya pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kesehatan jiwa.
Adapun hasil dari seminar ini antara lain:


  • Proses keperawatan dalam keperawatan jiwa mengandung lima komponen yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

  • Pada diagnosa menurut Nanda 2005 masih menggunakan diagnosa lama yaitu adanya hubungan dimana etiologi bisa menjadi tanda dan sebaliknya. Sedangkan pada Nanda 2007 diagnosanya di ubah menjadi diagnosa tunggal dimana tidak ada lagi berhubungan dengan/ ditandai dengan misal pada diagnosa keperawatan aktual diagnosanya: “perilaku kekerasan” sehingga sekarang yang digunakan adalah diagnosa tunggal.

  • Pohon masalah tetap dibuat untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Pohon masalah pada laporan keperawatan jiwa dibuat pada BAB III karna pembahasan kasus ada pada BAB III.

  • Pada implementasi tahap orientasi atau membina hubungan saling percaya tidak perlu lagi dimasukkan karena hal ini sudah menjadi keharusan dalam setiap tindakan keperawatan jiwa.

  • Dalam keperawatan jiwa intervensi yang dilakukan disusun dalam bentuk SP (strategi pelaksanaan) untuk memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.

    Dengan adanya hasil seminar tersebut diharapkan persepsi setiap perawat sama terhadap perawatan jiwa sehingga tidak terjadi lagi perbedaan pendapat dan persepsi antar perawat di berbagai instansi terutama antara yang di pendidikan dengan yang di lapangan seperti yang terjadi selama ini.


Seminar ini disponsori oleh fatigon yang membagi-bagi hadiah pada akhir acara dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Semua peserta sangat antusias untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tapi ternyata hanya ada dua orang yang beruntung mendapatkan hadiah dari sponsor salah satunya adalah saya, “senang rasanya bisa dapat ole-ole dari seminar tersebut”.
Semoga setelah mengikuti seminar setiap peserta yang hadir menerapkan hasil dari seminar tersebut dalam pelayanan keperawatan jiwa baik yang di pendidikan maupun yang di lapangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan jiwa demi tercapainya kesehatan jiwa yang lebih baik lagi.